Over 10 years we help companies reach their financial and branding goals. Engitech is a values-driven technology agency dedicated.

Gallery

Contacts

411 University St, Seattle, USA

+1 -800-456-478-23

Uncategorized

Mengapa Kemampuan Membuat Prompt AI Penting dalam Pekerjaan

Kecerdasan buatan atau artificial intelligence (AI) kini menjadi bagian dari kehidupan sehari-hari. Dari ChatGPT, Copilot, hingga Gemini AI, platform-platform ini tidak lagi terpisahkan dari berbagai jenis pekerjaan. Karena itu, semakin banyak perusahaan yang mencari pekerja yang mampu memanfaatkan AI secara efektif.

Kemampuan menggunakan prompt dan berpikir bersama AI kini menjadi kunci produktivitas di dunia kerja. Tak heran, banyak lowongan kerja mulai menambahkan syarat “menguasai tools AI” karena perannya sudah setara dengan aplikasi kantor lainnya.

Namun, sering kali kita merasa mendapatkan respons yang generik dan tidak spesifik saat menggunakan AI. Masalahnya bukan pada AI, melainkan kurangnya arahan yang jelas dari pengguna. Jika kita hanya memberikan instruksi umum, maka hasil yang diberikan akan cenderung biasa saja.

Contohnya, jika kita mengatakan, “Apa pun yang enak,” maka AI akan memberikan jawaban yang umum, seperti ayam goreng. Oleh karena itu, penting untuk memahami bahwa AI adalah sistem yang sangat baik dalam beradaptasi dengan konteks, tetapi kita yang harus memberikan konteks tersebut.

Cara Membuat Prompt AI yang Efektif

Membuat prompt yang efektif bisa dilakukan dengan memperhatikan beberapa poin utama. Terdapat istilah seperti “prompt engineering” yang terdengar teknis, namun sebenarnya cukup sederhana. Rekayasa prompt dapat dilakukan dengan menyesuaikan konten prompt yang diberikan kepada AI.

AI chatbot saat ini sudah memahami bahasa sehari-hari, sehingga kita tidak perlu khawatir tentang format tertentu. Konten prompt yang efektif harus mencakup poin-poin penting tentang apa yang kita inginkan dan bagaimana bentuk hasil yang kita harapkan.

Kami merangkumnya dalam singkatan CATS:

Context (Konteks)

Kita perlu menyediakan informasi latar belakang terkait tugas yang akan diberikan. Misalnya, jika kita ingin membuat proposal, alih-alih menulis “Bagaimana cara membuat proposal?”, lebih baik memberikan konteks lengkap seperti: “Saya adalah kepala organisasi nonprofit yang ingin menulis proposal pengajuan dana kepada yayasan yang mendanai program edukasi untuk sekolah di perkotaan.”

Lampirkan dokumen pendukung, jelaskan kendala kita, dan gambarkan situasi spesifik agar AI dapat memberikan hasil yang sesuai.

Angle (Perspektif)

Kita bisa meminta AI untuk bermain peran atau memposisikan diri dengan perspektif tertentu. Contohnya, jika kita ingin memeriksa tulisan ilmiah, kita bisa menulis prompt seperti: “Berikan saran seperti peer reviewer yang kritis dan temukan kelemahan dari argumen saya.”

Dengan demikian, AI tidak hanya memberikan jawaban umum, tetapi juga memberikan pandangan yang lebih dalam dan relevan.

Task (Tugas)

Setelah menjelaskan konteks dan perspektif, kita perlu menjabarkan tugas secara spesifik. Misalnya, jika kita ingin mempercantik isi presentasi, alih-alih menulis “Bantu saya memperbaiki presentasi ini,” gunakan prompt seperti: “Berikan saya tiga cara untuk membuat bagian pembukaan presentasi saya bisa lebih menarik untuk partisipan yang merupakan pebisnis kecil.”

Prompt yang spesifik membantu AI memberikan saran konkret dan bermanfaat.

Style (Gaya)

Kita juga bisa menyesuaikan gaya jawaban AI sesuai dengan audiens atau format yang kita butuhkan. Dalam prompt, kita bisa menyebutkan apakah kita menginginkan laporan formal, email santai, poin-poin informasi untuk para direktur, atau penjelasan yang cocok untuk remaja.

Pentingnya Konteks dalam Penggunaan AI

Selain membuat prompt yang jelas, kita juga perlu mengelola informasi pendukung yang disebut sebagai “context engineering.” Ini berkaitan dengan segala sesuatu yang bisa mendukung prompt yang diberikan.

Kita perlu mempertimbangkan akses AI terhadap lingkungan dan informasi, serta fungsi memori dan sistem instruksi. Selain itu, kita juga bisa memberikan dokumen yang kita unggah atau contoh hasil yang bagus.

Dalam interaksi dengan AI, kita bisa berbicara seperti sedang berdiskusi. Jika respons pertama tidak memuaskan, mintalah elaborasi, perubahan, atau tambahan informasi pendukung.

Tetap Berpikir Kritis Saat Menggunakan AI

Meskipun AI mampu berkomunikasi seperti manusia, kita tetap perlu berhati-hati. Kita adalah yang memiliki kekuatan penuh dalam interaksi ini. Periksalah akurasi dari apa yang dihasilkan AI, karena AI masih sering salah.

Sistem AI memang hebat, tetapi mereka tetap membutuhkan bantuan manusia. Kita perlu menjadi jembatan antara informasi umum yang dimiliki AI dengan situasi spesifik yang kita hadapi. Dengan memberikan konteks yang tepat, kita akan sangat terbantu oleh kekuatan AI.

Leave a comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *